Postingan

Hikayat Ibnu Hasan

 IBNU HASAN Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan, banyak harta banyak uang, terkenal kesetiap negeri, merupakan orang terkaya, bertempat tinggal du negeri Bagdad, yang terkenal kemana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasehati yang berikiran sempit, mengingatkan orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun harus  mengeluarkan biaya, berupa pakaian atau uang, karena itu banyak pengikutnya. Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak, laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya. Ibnu Hasan sedang lucu-lucuya, semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya, namun demikian anak itu, tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan sandang, namun Ibnu Hasan sama suka bersolek, karena itulah kedua orang tuanya sangat menyayanginya....

Hikayat Seorang Kakek dan Seekor Ular ( Balas Budi )

Hikayat Seorang Kakek dan Seekor Ular  (Balas Budi) Pada zaman dahulu, tersebutlah ada seorang kakek yang cukup disegani. Ia dikenal takut kepada Allah, gandrung pada kebenaran, beribadah wajib setiap waktu, menjaga salat lima waktu dan selalu mengusahakan membaca Al-Qur’an pagi dan petang. Selain dikenal alim dan taat, ia juga terkenal berotot kuat dan berotak encer. Ia punya banyak hal yang menyebabkannya tetap mampu menjaga potensi itu. Suatu hari, ia sedang duduk di tempat kerjanya sembari menghisap rokok dengan nikmatnya (sesuai kebiasaan masa itu). Tangan kanannya memegang tasbih yang senantiasa berputar setiap waktu di tangannya. Tiba-tiba seekor ular besar menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. Rupanya, ular itu sedang mencoba menghindar dari kejaran seorang laki-laki yang (kemudian datang menyusulnya) membawa tongkat. “Kek,” panggil ular itu benar-benar memelas, “kakek kan terkenal suka menolong. Tolonglah saya, selamatkanlah saya agar tidak dibunuh oleh laki-la...

HIKAYAT SRI RAMA

HIKAYAT SRI RAMA Pada suatu hari, Sri Rama dan Laksamana pergi mencari Sita Dewi. Mereka berjalan menelusuri hutan rimba belantara namun tak juga mendapat kabar keberadaan Sita Dewi. Saat Sri Rama dan Laksamana berjalan di dalam hutan, mereka bertemu dengan seekor burung jantan dan empat ekor burung betina. Lalu Sri Rama bertanya pada burung jantan tentang keberadaan Sita Dewi yang diculik orang. Burung jantan mengatakan bahwa Sri Rama tak bisa menjaga istrinya dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun bisa menjaganya. Tersinggunglah Sri Rama mendengar perkataan burung itu. Kemudian, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya agar memgutuk burung itu menjadi buta hingga tak dapat melihat istri-istrinya lagi. Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya. Malam tlah berganti siang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor bangau yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah Sri Rama pada bangau itu. Bangau mengatakan bahwa ia melihat bayang...

Hikayat Si Miskin

Hikayat Si Miskin       Karena kutukan Batara Indra, raja keindraan beserta istrinya jatuh miskin, melarat, dan terlunta-lunta di Kerajaan Antah Berantah yang diperintah oleh Maharaja Indra Dewa. Setiap hari si Miskin mencari sisi-sisa makanan yang sudah dibuang orang di tempat-tempat sampah. Apabila penduduk melihatnya, mereka beramai-ramai menghina, memukul, dan mengusir si Miskin suami-istri itu, sehingga badannya luka-luka. Sedih hati si Miskin sepanjang hari dan tidak berani masuk kampung karena takut dipukul atau dilempari batu. Diambilnya daun-daun muda untuk dimakan dan untuk pengobat luka di tubuhnya. Demikianlah pengalaman dan penderitaan mereka sepanjang hari. Ketika mengandung 3 bulan, istrinya mengidamkan buah mempelam (sejenis mangga) yang tumbuh di halaman istana raja. Dimintanya agar suaminya (si Miskin) meminta buah mempelam itu kepada raja. Mendekat kampung saja suaminya tidak berani, apalagi hendak menghadap raja minta buah mempelam itu. Dengan...

Hikayat Cabe Rawit

Pada zaman dahulu kala, di sebuah kampung antah berantah, hidulah sepasang suami istri. Mereka merupakan sebuah keluarga yang sangat miskin. Rumahnya dari pelepah daun rumbia yang didirikan seperti pagar sangkar puyuh. Atap rumah mereka dari daun rumbia yang dianyam. Tidak ada lantai semen atau papan di rumah tersebut, kecuali tanah yang diratakan dan dipadatkan. Di sana tikar anyaman daun pandan digelar untuk tempat duduk dan istirahat keluarga tersebut. Demikianlah miskinnya keluarga itu. Rumah mereka pun jauh dari pasar dan keramaian. Namun demikian, suami-istri yang usianya sudah setengah abad itu sangat rajin beribadah. “Istriku,” kata sang suami suatu malam. “Sebenarnya apakah kesalahan kita sehingga sudah di usia begini tua, kita belum juga dianugerahkan seorang anak pun. Padahal, aku tak pernah menyakiti orang, tak pernah berbuat jahat kepada orang, tak pernah mencuri walaupun kita kadang tak ada beras untuk tanak.” “Entahlah, suamiku. Kau kan tahu, aku juga selalu beriba...

Hikayat Sang Kancil dan Monyet

HIKAYAT SANG KANCIL & MONYET(https://sites.google.com/site/himpunankisahteladan/teks-himpunan-kisah-teladan/hikayat-sang-kancil-monyet) Nyamannya suasana rimba di pagi hari. Mergastua bergembira menikmati keindahan alam semula jadi. Di alam inilah tinggalnya sang kancil yang bijaksana dengan sahabat karibnya kura-kura. Mereka hidup rukun damai, bebas bergembira, tolong-menolong dan bekerjasama di taman peliharaan mereka. Kelihatan seekor monyet berdekatan kawasan taman peliharaan sang kancil dan kura-kura. Sungguh lincah si monyet, bergayutan ke sana ke mari. Megah dengan kebolehannya. Awas, monyet! jangan ganggu ketenteraman penghuni yang lain. Tiba-tiba monyet berhenti bergayut dan memerhatikan sesuatu, apa pula yang dilihatnya? “Ranumnya buah-buahan di sini. siapa punya agaknya?” kata monyet. “Oh, rupanya sang kancil dan kura-kura.” Balas monyet sendiri selepas melihat sang kancil dan kura-kura yang ada di situ. Begitu rajin mereka bekerja. bukan seperti engkau monyet. Lanta...

HIKAYAT MALIM DEMAN”

Malim deman adalah putra raja dari bandan muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya. Setelah besar, malim deman bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya. Dengan pengiring yang banyak, pergilah malim Deman ke rumah nenek kebayan. Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berhasil mencuri baju layang putri bungsu, sehingga puteri Bungsu tidak dapat kembali ke kayangan. Nenek kebayan lalu mengawinkan mereka. Maka berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar. Jamuan makanan besar-besaran lalu di adakan. Malim Deman juga ditabalkan menjadi raja. Tidak lama kemudian Malin Deman gering, lalu mangkat. Sejak kematian ayahhanda, Malim Deman lali memerintah negeri. Setiap hari ia asyik menyambung ayam saja. Dalam keadaan yang demikian, Puteri Bungsu pun melahirkan seorang anak yang diberi nama Malim Dewana. Akhirnya Malim Dewana besarlah, tetapi Malim Deman tetap tidak mau kembali ke istana melihat...